Oleh Imam Heru Darmawan
Berbagai kasus kasus yang melibatkan oknum oknum pemuka agama dalam beberapa tahun ini seakan menambah khasanah konflik dalam dunia dakwah dan ummat , belum selesai kasus Baalawi muncul kasus Teh manis Gus Miftah , pada garis besarnya cara dakwah yang nyeleneh dan satu hal menitikberatkan pada keturunan .
Dari berbagai literasi keturunan kanjeng Nabi Muhammad pada dasarnya tidak mengenal nama habib , Yang ada adalah Sayyid (Pria ) Dan Sarifah (Perempuan ) yang memakai jalur dari Hasan Dan Husein Dari Sayyidah Fatimah hal ini karena khusus untuk Putri Nabi tersebut Di kecualikan memakai jalur bapak . Hanya di indonesia sesuai literasi sejarah memakai nama habib di mulai saat jaman kolonial Belanda .
Literasi juga mencatat bahwa tokoh tokoh besar Islam juga bukan merupakan keturunan. Sebagaimana para sahabat , menurut Gus Baha Agama itu adalah Riwayat Dan Perlu Sanad agar nyambung sebagaimana ahlusunnah wal jamaah mempraktekkan sampai ke generasi sekarang . Begitupun Zurriat (Garis Keturunan ) tidak jauh beda sanadnya nyambung dan jelas .
Literasi juga mencatat bagaimana kisah perjuangan pasca Kanjeng Nabi Muhammad SAW wafat yang diteruskan oleh sahabat Abu Bakar , 3 Sahabat selanjutnya karena konflik internal rata rata mengalami" Kudeta Berdarah " begitupun Cucu langsung Beliau Sayyidina Hasan dan Husein .
Lantas bagaimanakah jika di analogikan dengan peristiwa yang terjadi di tanah air , Banyak Oknum Oknum Menggunakan nama besar Leluhur untuk jualan agama , pergesaran ini terjadi manakala dakwah bukan lagi bertujuan untuk ummat tapi dijadikan bisnis
Publik juga dihebohkan dengan klaim Gus mintah yang mengaku keturunan kyai besar dan faktanya dibantah oleh keluarga besar sendiri dan keluarga besar sang kyai tersebut karena sanadnya tidak jelas .
Penulis sendiri adalah Pemuda NU yang besar di kalangan Pesantren , Kalau di ambil contoh salah satu pengasuh pesantren di Wongsorejo juga bukan keturunan Darah Biru Kyai tapi karena tawadduk dan mendapat barokah dari Kyai Samsul Arifin Sukorejo bisa memiliki pesantren yang eksis sampai sekarang dan berganti estafet kepemimpinan .
Menurut tesis dan Pengumpulan data yang kami himpun , Menjadi seorang Kyai atau Muballig yang tugas nya memberikan edukasi agama kepada ummat tidak harus putra seorang kiyai ataupun Keturunan langsung Kanjeng Nabi Muhammad selama punya kemampuan dan keahlian disalah satu bidang ilmu agama sudah bisa hal ini ditandai dengan panggilan Ustad .(Guru )
Gus sendiri sinonim sebagai bagian dari sebuah keluarga besar Kyai , sedangkan di Masyarakat Madura ada panggilan bindere .
Endingnya dalam tulisan ini adalah siapa saja berhak dan mempunyai kewajiban dalam melakukan dakwah yang senantiasa tetap bertumpu pada Sunnah rosullullah , mencontoh prilaku dan sifat beliau sebagai penerus perjuangan bukan sebagai raja raja kecil yang titahnya tidak boleh di sanggah dan mendapat perlakuan khusus dalam sosial keagamaan .
Jika dalam Islam Doa Orangtua adalah Tumpuan Vital kehidupan seorang anak maka Doa Gury juga sangat Vital dalam proses keilmuan seorang murid .
Penulis juga miris dengan banyaknya Guru -guru yang di laporkan oleh orang tua murid , pergesaran ini perlu sebuah paradigma baru dan kembali ke Khittah Ajaran Salaf yang mana tetap meneruskan sesuatu yang baik dari dulu
Banyuwangi 12 Desember 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar