Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐡𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐇𝐢𝐧𝐝𝐮 𝐃𝐡𝐚𝐫𝐦𝐚 ?

Kamis, 26 November 2020 | November 26, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-11-26T02:32:39Z







I Wayan Sukarma
Kamis 26 November 2020

𝐃𝐞𝐧𝐩𝐚𝐬𝐚𝐫,𝐈𝐧𝐭𝐞𝐥𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚𝐛𝐚𝐥𝐢.𝐢𝐝

Masa depan Hindu Dharma ditentukan oleh manusia-manusia tangguh yang rela dan sanggup berjuang pada jalan dharma. Pahlawan Hindu Dharma adalah ia yang berbadan sehat, bermental kuat, dan berjiwa selamat. Kualitas ini dibutuhkan demi pengabdian dan pelayanan dalam swadharma kehidupan.

Masyarakat lazim memahami pahlawan sebagai pemberani, pembela, dan pejuang kebenaran sehingga etika sosial menempatkannya pada posisi terhormat. Kedudukan yang diberikan oleh masyarakat (assigned status) ini tersebar dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam kehidupan agama. Kedudukan dalam kehidupan agama memberikan status dan peranan sosial keagamaan, yakni kewajiban sosioreligius yang harus dijalankan. Status dan peranan sosial keagamaan tersebut membentuk sistem sosial keagamaan, yaitu pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik, baik antarumat agama dalam masyarakatnya maupun umat agama dengan masyarakatnya. Hubungan-hubungan ini menentukan keseimbangan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umat agama sekaligus keberlangsungan masyarakat agama. Dari upaya mempertahankan keberlangsungan masyarakat agama inilah muncul kedudukan pahlawan agama.

Pendekatan sosioreligius tersebut sekiranya relevan digunakan untuk merumuskan ‘pahlawan Hindu Dharma’ – sesuai dengan nama lembaga agama Hindu, Parisada Dharma Hindu Bali dan/atau Parisada Hindu Dharma Indonesia. Jejak pemikiran dan peninggalan pahlawan Hindu Dharma, setidak-tidaknya dapat ditelusuri sejak perjuangan agama “Bali” mendapatkan pengakuan negara sebagai agama resmi di Indonesia. Sebelumnya, agama ‘Bali’ disebut agama ‘Siwa-Budha’, yaitu perubahan dari agama ‘Tirtha’. Penolakan negara terhadap agama ‘Bali’ mendorong perubahan nama menjadi agama ‘Hindu Bali’, kemudian ‘Hindu Dharma’, dan akhirnya diakui bernama agama ‘Hindu’ hingga sekarang. Evolusi ini mencerminkan visi, keberanian, keperkasaan, keteguhan, dan ketulusan dari manusia utama dalam mengobarkan semangat keteladanan Hindu Dharma.

Setelah pengakuan negara diperoleh, perjuangan menegakkan agama Hindu di bumi nusantara berlangsung hingga sekarang dan mesti berlanjut pada masa depan. Perjuangan ini terutama diarahkan untuk mempertahankan eksistensi umat Hindu, membangun kualitas kehidupan beragama, serta meningkatkan partisipasi umat Hindu dalam dharma agama dan dharma negara. Perjuangan ini meniscayakan lahirnya pahlawan-pahlawan Hindu Dharma, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang kehidupan lainnya. Kepantasan menyandang gelar pahlawan Hindu Dharma dapat dinilai berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Mengingat manusia adalah kesatuan badan, mental, serta jiwa yang meniscayakan lahirnya pemikiran, wacana, dan tindakan perjuangan sehingga ketiganya layak dijadikan kriteria untuk menilai kepantasan seseorang menyandang gelar pahlawan Hindu Dharma.



Berbadan Sehat

Badan (sarira) adalah sarana manusia dalam perjuangan menggapai tujuan hidupnya. Mengingat dalam badan tersimpan seluruh piranti yang dibutuhkan manusia untuk berjuang, seperti potensi tindakan (dasendriya), potensi pengetahuan (manah), institusi mental (mahat, buddhi, dan ahamkara), dan asas hidup (jiwatman). Hubungan badan dengan mental, jiwa, dan objek-objek melahirkan pengetahuan, perasaan, kehendak, serta kesadaran yang terlibat dalam seluruh tindakan manusia. Perjuangan merupakan salah satu bentuk tindakan manusia yang berdasar, berproses, dan bertujuan. Pengetahuan, perasaan, kehendak, dan kesadaran menyediakan landasan, mengiringi proses, sekaligus mengarahkan perjuangan pada tujuan. Badan yang sehat meniscayakan seluruh potensi tersebut berkembang sehingga badan benar-benar berfungsi sebagai sarana perjuangan dalam kehidupan.

Perjuangan membangun Hindu Dharma, juga memerlukan pahlawan-pahlawan yang berbadan sehat karena kesehatan badan memengaruhi kondisi mental dan situasi kejiwaan. Kecerdasan intelekual tidak akan berkembang maksimal ketika kesehatan badan terganggu sehingga gagal melahirkan ide-ide cemerlang. Kepekaan emosional juga niscaya melemah ketika badan lemah sehingga akan melahirkan putusan-putusan yang emosional dan miskin nalar. Badan yang tidak sehat juga melemahkan semangat dan motivasi berjuang. Demikian pula dengan kualitas kesadaran akan menurun seiring menurunnya kondisi kesehatan badan. Artinya, kesehatan badan meniscayakan seluruh potensi dan kualitas yang dibutuhkan dalam perjuangan dapat berkembang optimal. Jadi, berbadan sehat menjadi satu kriteria yang harus dipenuhi pahlawan Hindu Dharma.



Bermental Kuat

Kesehatan badan meniscayakan segenap potensi yang dibutuhkan dalam perjuangan dapat berkembang optimal, baik itu pengetahuan, perasaan, kehendak, kesadaran, maupun tindakan. Akan tetapi, mental yang kuat mempunyai peran lebih dominan dalam memelihara semangat perjuangan daripada sekadar badan yang sehat. Sejarah mencatat betapa kekuatan mental mengatasi kesehatan badan sehingga pahlawan besar terus berjuang walaupun dalam kondisi sakit, misalnya Jenderal Besar Sudirman. Artinya, kekuatan mental berperan penting untuk menjaga semangat perjuangan tetap berkobar dan aktivitas perjuangan tetap berlanjut dalam situasi apa pun. Jadi, selain berbadan sehat juga tidak kalah pentingnya bagi pahlawan Hindu Dharma bermental kuat karena perjuangan harus berlanjut hingga tujuan tercapai.

Membangun kekuatan mental niscaya dilakukan dengan menjernihkan pengetahuan, menajamkan perasaan, meneguhkan kehendak, dan memurnikan kesadaran. Mengabdikan diri pada pengetahuan dengan terus belajar ‘taki-takining sewaka guna widya’ adalah upaya terbaik menjernihkan pengetahuan. Perasaan ditajamkan dengan mengembangkan simpati dan empati kemanusiaan ‘tat tawam asi’, yakni merefleksikan diri sama dengan orang lain dalam suka-duka. Kehendak diteguhkan dengan pengendalian indriya ‘tapa-brata’ sehingga tindakan hanya bertujuan untuk memenuhi swadharma demi melayani kebahagiaan semesta dan semua makhluk. Sementara itu, kesadaran dimurnikan dengan kebijaksanaan ‘wiweka jnana’ sehingga melahirkan putusan moral yang bertanggung jawab. Kualitas mental inilah yang dibutuhkan oleh pahlawan Hindu Dharma sebagai pejuang pada jalan dharma.



Berjiwa Selamat

Kedudukan sebagai pahlawan Hindu Dharma diberikan masyarakat karena status dan peranan sosial keagamaan yang dijalankan. Status dan peranan keagamaan ini menetapkan kewajiban sosioreligius yang harus ia penuhi sehingga ketundukan pada kewajiban tersebut menjadi penentu kepantasannya disebut pahlawan Hindu Dharma. Pemenuhan kewajiban ini hanya mungkin dilakukan oleh manusia-manusia yang berjiwa selamat, yakni manusia yang menyadari hakikat hidup dan kehidupannya. Kesadaran ini niscaya diraih melalui keyakinan yang penuh terhadap panca sraddha karena seluruh petunjuk mengenai asal muasal, proses, dan tujuan kehidupan tercakup di dalamnya. Dengan kepercayaan ini, seluruh tindakan yang dilakukan manusia sesungguhnya hanyalah pemenuhan kewajiban-kewajiban hidup untuk melayani kebebasan sang jiwa.

Pada hakikatnya, tujuan perjuangan Hindu Dharma adalah menyelamatkan jiwa umat Hindu melalui peningkatan sraddha dan bhakti. Perjuangan ini tidak mungkin terwujud bila pejuang Hindu Dharma sendiri lemah sraddha dan bhakti-nya. Ibarat kotoran di lantai tidak mungkin dibersihkan dengan sapu yang kotor. Tegasnya, perjuangan menyelematkan jiwa umat Hindu harus dilakukan oleh pejuang-pejuang yang berjiwa selamat. Bagi manusia yang berjiwa selamat, perjuangan semata-mata dimaknai sebagai pengabdian dan pelayanan demi kebebasan sang jiwa. Ketulusan, keikhlasan, dan pengorbanan dalam swadharma menjadi prinsip tertinggi tindakan yang membebaskan seluruh ikatan karma. Keteguhan memegang prinsip inilah yang memantaskan setiap pejuang dharma menyandang kemuliaan menjadi pahlawan Hindu Dharma.

Berbadan sehat, bermental kuat, dan berjiwa selamat merefleksikan kedirian ’ambeg’ manusia yang paripurna ‘sang paramartha’. Manusia utama yang telah menggapai kualitas batin sempurna dan melampaui seluruh kenyataan ‘huwus limpad sakeng sunyata’ terbebas dari segala keinginan serta nafsu penikmatan pribadi, ‘tan sangkeng wisaya prayojananira lwir sanggrahing lokika’. Setiap pemikiran, wacana, dan tindakannya semata-mata ditujukan untuk melaksanakan swadharma demi kebahagiaan alam, masyarakat, dan seluruh makhluk ‘sidaning yasa wirya donira, suka ning rat kiningkin nira’. Kualitas inilah yang sepatutnya diperjuangkan setiap umat Hindu dalam kehidupannya sehingga ia mampu berjuang di jalan dharma, sekaligus memantaskannya menjadi pahlawan Hindu Dharma sesuai dengan bidang swadharma masing-masing.(IHD)

Cakrawayu.

Tidak ada komentar:

×
Berita Terbaru Update