Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

5 Juni peringati Hari Kesadaran Penyintas HIV Jangka Panjang

Kamis, 05 Juni 2025 | Juni 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-05T13:48:02Z



Tidak hanya diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni juga diperingati sebagai Hari Kesadaran Penyintas HIV Jangka Panjang. Hal ini untuk menghormati perjuangan mereka dalam ketahanan hidup dan menyoroti pentingnya layanan kesehatan yang setara dan berkelanjutan bagi para penyintas.  

Di tengah kemajuan dunia medis, harapan hidup bagi orang dengan HIV/AIDS kian meningkat. Namun tantangan tak serta-merta menghilang. Upaya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS di Indonesia terus dilakukan untuk mengurangi jumlah kasus baru dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang hidup dengan HIV/AIDS. 

Sampai saat ini HIV-AIDs masih menjadi masalah kesehatan global maupun nasional. Cita-cita untuk mengakhiri epidemi AIDS di 2030 tinggal 5 tahun lagi. Cita-cita tercapainya getting to three zero yaitu zero new infection (tidak ada kasus baru HIV-AIDS), zero AIDS related death (tidak ada kematian terkait AIDS) dan zero stigma and discrimination (tidak ada stigma dan diskriminasi) masih harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. 

Kasmen Ugracena, dr. Mumtazah Mardliyah, S.Ked menyampaikan berdasarkan Sistem Informasi HIV AIDS  (SIHA) Laporan KT (konseling dan Tes) 
serta Laporan bulanan perawatan HIV dan ART (LBPHA) Kemenkes RI, dilaporkan bahwa pada periode Januari hingga Juni 2024, dari 3.182.913 orang yang dites HIV, 
ditemukan 31.564 (1%) Orang Dengan HIV (ODHIV)  dan 23.375  (74,1%) diantaranya mendapatkan pengobatan ARV. Lima provinsi dengan jumlah penemuan kasus HIV tertinggi yaitu provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Khusus Jakarta, dan Sumatera Utara. 

dr. Mumtazah yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Bali bidang kesehatan,  menambahkan bahwa Persentase ODHIV ditemukan periode Januari-Juni 2024 tertinggi terdapat pada kelompok umur 25-49 tahun (63%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (19%), dan kelompok umur ≥50 tahun (10%). Berdasarkan jenis kelamin, persentase ODHIV yang ditemukan pada laki-laki sebesar 71% dan perempuan sebesar 29%. 

Lebih lanjut ia memaparkan berdasarkan ODHIV yang ditemukan Januari-Juni 2024, sebanyak 30,5% dari kelompok LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki); populasi Umum 27,3%; pasien TB 12%; pelanggan PS  (Pekerja Seks) 6,2%; pasangan Risti 5,1%; ibu hamil 4,9%; pasangan ODHIV 4,3%; WPS (Wanita Pekerja Seks) 3,2%; pasien IMS (Infeksi Menular Seksual) 1,5%; Catin (Calon pengantin) 1,4%; Waria 1,2%; WBP (Warga Binaan Penjara) 0,6%, dan Penasun (Pengguna Narkotika Suntik) 0,5%. 

Sebagai Kabag Humas yang kerap menyelipkan edukasi kesehatan kepada para Ibu ketika mendampingi para anaknya melakukan kunjungan ke situs MPB (Monumen Perjuangan Bangsal), juga mengingatkan pentingnya Pencegahan dari Ibu ke Anak (PPIA) bagi yang berencana mempersiapkan kehamilan berikutnya, karena penularan kepada bayi yang dikandungnya bisa terjadi pada saat dalam kehamilan, saat persalinan dan menyusui. 

"Dengan deteksi dini melaui penawaran tes rutin pada ibu hamil saat ANC (Antenatal care) risiko penularan kepada bayi bisa diminimalisir. Program yang dicanangkan adalah Triple eliminasi,yaitu penawaran tes HIV, Hepatitis dan Syphilis kepada ibu hamil", ungkapnya.   

Pihaknya turut mengajak destigmatisasi HIV yang berarti menempatkan HIV sama seperti penyakit lainnya. Dengan normalisasi diharapkan stigma maupun diskriminasi akan berkurang atau tidak ada baik di masyarakat maupun dikalangan tenaga kesehatan. Untuk sampai di tahapan ini masih harus bekerja keras melalui edukasi, bimbingan teknis ke layanan kesehatan lain 

"Sesuai dengan Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV-AIDS, salah satu upaya penanggulangan adalah melalui layanan Konseling dan Tes HIV baik melalui pendekatan Konseling dan Tes Sukarela (KTS) maupun Tes Inisiasi Petugas Kesehatan (TIPK), dengan tetap memperhatikan Prinsip Tes HIV 5C, yaitu Consent (persetujuan pasien), Confidentiality (kerahasiaan), Counseling (konseling), Correct test result ( hasil tes harus valid/benar), Connect to care (dihubungkan dengan layanan Pengobatan, Perawatan dan Dukungan). Dengan demikian, Tes HIV berperan sebagai pintu masuk dalam Pencegahan dan Perawatan HIV", pungkasnya. 

Dengan demikian, para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat memerlukan dukungan dari orang lain, untuk tetap bisa memperoleh layanan kesehatan yang layak demi keberlangsungan hidupnya. Atas dasar inilah, peringatan Hari Kesadaran Penyintas HIV Jangka Panjang diciptakan. (MM) 

Catatan dr. Mumtazah Mardliyah, S.Ked (Kepala Staf Menwa Ugrasena Bali, Kabag Humas MPB, Wasit Juri Pencak Silat - Tapak Suci, Peraih Penghargaan 10 Tokoh Wanita Inspiratif Bali 2024 yang kini sedang menjalankan Intership di RSUD Padangan, Bojonegoro)

Tidak ada komentar:

×
Berita Terbaru Update