Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sejarah : Buku Hari Hari Terakhir Soekarno

Rabu, 30 September 2020 | September 30, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-10-08T01:55:01Z



Intelmediabali.id
Kekejaman Politik di Indonesia memang meninggalkan kisah memilukan bagi seorang Bung Karno, Sang Pendiri sekaligus Proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini. Di akhir masa pemerintahannya beliau hanya mengenakan sandal butut merk Bata dan kaos oblong cap "cabe" meninggalkan istana kePresidenan, tanpa pengawalan militer sebagaimana layaknya seorang Pemimpin Besar Revolusi.

"Bung Karno keluar hanya memakai piyama warna krem serta kaos oblong cap cabe. Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang koran yang digulung agak besar, isinya bendera sang saka merah putih," kata Perwira Detasemen Kawal Pribadi "Sogol Djauhari Abdul Muchid".

Hal itu diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan diterbitkan Komunitas Bambu.

Sungguh sebuah perlakuan yang tragis dan tidak manusiawi telah dipertontonkan oleh Penguasa Rezim "Orde Baru Soeharto" terhadap pendahulunya yang jelas-jelas telah memerdekakan diri dan bangsanya.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mencabut kekuasaan Presiden Soekarno tanggal 12 Maret 1967. Sebelumnya sejak Surat Perintah 11 Maret 1966, kekuasaan memang telah beralih pada Jenderal Soeharto. Soekarno menolak anjuran loyalisnya untuk melawan Jenderal Soeharto. Dia memilih mengalah. Maka pelan-pelan Soekarno yang masih tinggal di Istana Negara dijadikan tahanan rumah. Pemerintahan Orde Baru mulai memerintahkan menurunkan gambar-gambar Soekarno dari kantor-kantor dan sekolah.

16 Agustus 1967, Soekarno meninggalkan Istana. Tak ada raungan sirine atau pengawalan laiknya seorang pejabat negara. Tidak ada lagi bendera kepresidenan yang 20 tahun menemani Soekarno.

Soekarno sempat tinggal di paviliun Istana Bogor. Gerakannya masih relatif bebas. Maka tentara kemudian melarang Soekarno kembali ke Jakarta. Tentu hal ini membuat Soekarno menderita. Dia mulai sakit-sakitan.

Akhirnya Agustus 1967, Soeharto juga mengeluarkan ultimatum bagi anak-anak Soekarno. Mereka disuruh meninggalkan Istana Negara. Terpaksa mereka tinggal mengontrak, sementara sebagian tinggal bersama Fatmawati di Kebayoran Baru.

Desember 1967, giliran Soekarno dan Hartini yang diperintah meninggalkan paviliun Istana Bogor. Kondisi kesehatan Soekarno makin buruk. Dia kemudian pindah ke Batutulis, sebelum akhirnya menjadi tahanan rumah di Wisma Yasoo, Jakarta.

Di Wisma Yasoo inilah Soekarno diperlakukan sebagai pesakitan. Kondisinya terus memburuk. Tanggal 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan nafas terakhir. Berakhirlah hidup Sang Proklamator, pejuang dan Presiden Pertama Indonesia ini. Ironisnya, beliau berada dalam status tahanan rumah. Dia ditahan oleh bangsanya sendiri. Sekali lagi ditahan oleh bangsa yang dimerdekakannya sendiri.

Bukan Hanya Soekarno Tapi Orang Orang Terdekatnya Satu Persatu Di Bidik Dan Tersingkirkan ,Bahkan Marhaenisme Yang Bung Karno Sendiri Ciptakan Setelah Bertemu Seorang Petani Bernama Marhan Di Cap Kiri Sekarang ,Bung Karno Salah Berucap Apa Yang Bisa Mengalahkan nya " Pisahkan Aku Dengan Rakyatku Itu Cara Membunuhku " Dan Itu Diketahui Musuhnya Dan Itu Terbukti Ketika Beliau Tidak Bisa Bersama Dan Bersua Dengan Rakyat Yang Mencintainya ,Setelah Menjadi Tawanan Politik ,Tidak Berselang Lama Beliau Wafat ..

Andai Saja Beliau Mau Divisi Siliwangi Dan KKO Marinir Jatim Bersama Jutaan Rakyat Yang Setia Siap Turun ,Begitulah Seorang Negarawan Besar ,Sebagaimana Ucapan Gusdur " Tidak Ada Jabatan Di Dunia Yang Perlu Di Pertahankan Mati matia"  Edisi Sejarah Ini Intelmediabali Terbitkan Untuk Mengenang Jasa jasa Pahlawan Bangsa ,Terlepas Dari Pro Dan Kontra .

By Imam Heru Darmawan 
pimred  


Tidak ada komentar:

×
Berita Terbaru Update