Buleleng, Intelmediabali.id -
Uji coba pasangan dan manuver politik mewarnai penghelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada ).Serentak 2024 -2029 baik di Level Bupati dan Gubernur , hal ini menarik di kupas karena hanya Di Propinsi Bali hal ini sangat kentara pasca beralihnya suksesi kepemimpinan nasional .
Bali tentunya akan menjadi target khusus yang harus di rebut dari Petahana , yang diuga baik dengan cara halus bahkan yang ekstrem dengan politik divede at Impera (Adu Domba ) sesama kader
Dalam bahasa etimolagi Kader Adalah bagian yang tidak terpisahkan di atas level relawan dan simpatisan dan merupakan bagian penting dari sebuah partai politik .
Dalam kubu internal Partai Politik faktanya ada beberapa faksi Faksi memang tidak bisa dibantah ,
Seorang Kader Partai seharusnya menampilkan elegan dan integritas serta menampakkan loyalitas tanpa batas terhadap kebijakan partai baik disukai ataupun tidak disukainya . Dan membesarkan partai dengan kesungguhan bukan kepentingan pribadi .
Dewan pimpinan pusat pun sekalipun tidak bisa mengambil keputusan tanpa menggali informasi yang akurat dari bawah , topik terhangat , prestasi , dedikasi dan yang paling penting punya kemampuan dan mengimplementasikan garis garis besar haluan partai .Distorsi dan kebuntuan informasi dengan hal kalsik kedekatan individu akan menjadi bumerang jika salah di jadikan sebuah kebijakan partai dalam memilih jago atau kader terbaik yang mengemban tugas berat .
Khusus PDI Perjuangan semestinya mengambil pelajaran berharga di pemilihan presiden karena gaung pemilihan kepala daerah strateginya sama dengan melibatkan kader kader militan yang mempunyai basis massa
Persepsi publik akan menentukan sikap dari Kader Kader Lintas Partai yang bertarung nantinya di konstelasi
Pemilihan kepala daerah baik dari level Pimpinan Kabupaten , Kotamadnya , Dan Propinsi .
Di Bali sendiri banyak sekali baliho bertebaran paket pasangan yang bahkan posisi Buleleng 1 Dan Bali satunya di plot Bukan Kader Partai yang mengusung , dan kader partai yang kompeten di plot menjadi wakil hal ini dalam etika politik sangat tidak mungkin walaupun dalam politik hal itu bisa saja terjadi ,bahkan kader yang dadakan masuk di partai politik dengan dana kuat bisa langsung menjadi wakil bupati hal ini tentunya tidak sesuai dengan AD/RT Partai dimana ada ketentuan minimal sudah ber KTA berapa tahun dan menduduki jabatan mulai dari Ketua Ranting ,Ketua PAC , Ketua Sayap Partai dan lain nya hal ini janggal menurut saya karena belum ada bukti pengabdian dan sebuah bukti dalam membesarkan partai .
Yang ditunggu masyarakat sebenarnya bukan janji janji manis saat kampanye namun bukti pasca terpilih nantinya , dan apa konsukwensi jika nanti tidak bisa mewujudkan itu , apakah politik hanya janji manis sebagai syarat utama dan kunci menang , jika menghalalkan segala cara agar menang apakah kah kita sudah hilang akal sehat dan melupakan norma dan etika .
Akankah publik akan di pertontonkan hal yang sebenarnya tabu dan memalukan terus menerus sehingga nampak nafsu kekuasaan semata bukan sebagai kader partai yang dicatat sejarah setia sampai akhir
Penulis (Imam Heru Darmawan )
Pimred Intelmediabali.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar